MELAWAN KEMUSTAHILAN DI ESOK HARI DENGAN MEMBACA



Pada era globalisasi seperti sekarang, kecanggihan mulai menjadi tolak ukur suatu zaman. Tidak bisa dipungkiri jika banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari perpindahan secara revolusi zaman tersebut. Pelan tapi pasti hasrat atau keinginan membaca seseorang akan menurun seiring kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh perkembangan teknologi yang semakin tidak terkontrol seperti sekarang. Hal ini juga membuat masyarakat dipaksa menyesuaikan diri untuk menghadapi globalisasi yang melanda Indonesia seperti saat ini.
Salah satu hal yang pasti terkena dampak secara signifikan adalah minat membaca. Minat membaca di Indonesia sangatlah memprihatinkan.Banyak sekali hal baru berupa hiburan secara visual yang mulai menghasut masyarakat khususnya anak-anak, seperti menonton televisi yang tidak sewajarnya sampai bermain game online mengandung unsur kekerasan. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun2012, 91,58 persen penduduk indonesia berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi dan hanya 17,58 persen penduduk Indonesia yang gemar membaca surat kabar, majalah, ataupun media cetak lainnya.
Indonesia saat ini masih dalam kategori negara berkembang di dunia. Di usia ke 72 tahun, masih banyak hal yang harus diperhatikan dengan serius terutama perpustakaan-perpustakaan di tempat umum ataupun sekolah. Pada tahun 2015, perpustakaan nasional melakukan  kajian tentang tingkat minat membaca di perpustakaan. Hasilnya hanyamendapatkan skor sebesar 25,1 atau dalam kategori rendah minat membaca di perpustakaan.
Anak-anakpun tak luput dari permasalahan minat baca. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak di dunia tak patut berbangga diri hanya karena jumlah penduduknya. Bahkan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang semakin banyak, membuat tingkat minat membaca akan mengalami penurunan yang cepat. Berdasarkan studi penelitian selama lima tahun yang di selenggarakan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang mengkhususkan kepada siswa sekolah dasar (SD) dalam hal minat membaca, menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi ke 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Serta Indonesia mendapat nilai dalam hal minat membaca sebesar 51,7 dibawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura yang mendapat nilai 74,0 menurut hasillaporan bank dunia no. 16369-IND (Education in Indonesia from Crisis to recovery). Hal ini dapat menunjukkan bahwa minat membaca dalam tingkat sekolah dasar sudah mulai tidak produktif lagi.
Diluar semua permasalahan minat baca di Indonesia, membaca merupakan kegiatan yang menggunakan konsentrasi dan berfikir melalui perantara indra pelihat (mata). Minat membaca akan timbul jika individu mempunyai hasrat atau keinginan dalam membuat kegiatan membaca menjadi kebiasaan.
Apakah sesuatu yang difikir mustahil dapat dirubah menjadi tidak mustahil dengan membaca?. Jawabannya adalah semua di dunia ini tidak ada hal yang mustahil jika ilmu dan kerja keras telah dikuasai. Ilmu didapat dari kegiatan membaca, sedangkan kerja keras berasal dari niat yang telah ditetapkan dalam diri. Dengan merubah kegiatan membaca menjadi kebiasaan, hal ini dapat menambah ilmu dari apa yang dibaca dan nantinya dapat digunakan untuk memecahkan sesuatu hal yang mustahil di masa akan datang. Seperti pesawat yang dapat terbang di langit. Menurut logika, mustahil benda yang terbuat dari logam dapat terbang di langit. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan hal itu mungkin terjadi.  Hal ini membuktikan jika seseorang mempunyai ilmu yang didapat dari kegiatannya membaca, dapat membuat hal mustahil di akal menjadi tidak mustahil lagi.
Minat membaca dalam diri anak dapat dikembangkan dengan cara bertahap. Tahap-tahapan tersebut harus didukung dari 2 faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi niat, ketekunan, dan membiasakan diri dalam membaca. Sedangkan faktor eksternal meliputi sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar. Hal yang dapat dilakukan untuk membiasakan diri dalam minat membaca adalah membaca buku pelajaran ataupun buku lainnya 15 menit sebelum pembelajaran sekolah dimulai. Hal ini sangat bermanfaat bagi anak dengan tingkatan pendidikan SD, SMP, serta SMA. Membaca akan membantu para siswa untuk menyiapkan otak sebelum pembelajaran sekolah dimulai. Dengan sering membaca buku pelajaran, siswa akan mendapatkan ilmu yang nantinya dapat digunakan atau diterapkan di kehidupan sehari-hari atau dalam kegiatan pembelajaran seperti ujian kelulusan. Hal inipun didukung pemerintah melalui peraturan PERMENDIKBUD nomor 23 tahun 2015.

Minat membaca sangatlah penting untuk dikembangkan dalam diri seseorang. Dengan membaca, segala sumber ilmu bisa didapat. Walaupun seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)  minat membaca mulai menurun. Tetapi semua kesulitan itu bisa diatasi jika masyarakat dan pemerintah Indonesia saling mutualisme dalam memperbaiki tingkat minat membaca di Indonesia. Pemerintah harus serius dalam hal memfasilitasi masyarakatnya, bukan hanya di kota tetapi juga di desa. Seperti tempat baca di kota sangatlah banyak tetapi di desa hampir tidak ada tempat baca seperti perpustakaan. Hal inilah yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia jika ingin tingkat sumber daya manusia (SDM)  di masyarakat berkualitas. Bukan hanya orgumen pencitraan saja, tetapi tindakan nyatalah yang mampu merubah Indonesia menjadi lebih baik. Dari masyarakatpun sama, jika fasilitas telah diberikan oleh pemerintah, sepatutnya menggunakannya dengan bijak. Serta sikap acuh dan malas dalam diri masyarakat dihilangkan dan dirubah menjadi kebiasaan membaca. Jika pemerintah dan masyarakat Indonesia saling membantu meningkatkan minat baca di Indonesia, tingkat menurunnya minat membaca dapat di minimalisir dengan baik untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)  yang berkualitas. Serta kemustahilan di bumi pertiwi ini dapat diatasi dengan membaca, untuk masa depan yang lebih baik lagi. 

Komentar